Sedang ramai diperbincangkan di media bahwa Indosat Ooredoo menyerah dari bisnis digital yang sebelumnya mereka jalankan. Layanan seperti Cipika dan Dompetku memang sudah lama diperjuangan Indosat, namun sayangnya bisnis digital itu tak jua menghasilkan keuntungan sehingga mereka memutuskan untuk mengakhiri bisnis ini dan "menyerah".
Apakah sesulit itu menjalankan bisnis digital oleh para operator cellular di Indonesia?
Operator lainnya seperti Telkomsel, XL, Tri mengakui bahwa bisnis digital memang membutuhkan waktu lama dan kesabaran agar bisa menghasilkan. Mereka tahu resiko yang dihadapi dalam bisnis digital, namun mereka tak menghadapi masalah itu seperti indosat.
Hutchitson 3 Indonesia belum lama ini merilis aplikasi mobile bernama "Bima+" sebagai salah satu layanan hiburan yang menyediakan musik, film, hingga e-commerce. Langkah ini tentu saja berbanding terbalik dengan apa yang diambil oleh Indosat.
XL Axiata sendiri sudah 4 tahun menjalankan bisnis digital dan mereka menyadari belum ada hasil yang memuaskan dari bisnis ini. Namun ada peningkatan dalam bisnis yang mereka jalankan seperti Elevania, layanan uang elektronik XL tunai, hingga adreach. Menurut pengakuannya, bisnis digital hanya menyumbang pendapatan 5% saja, berbeda jauh dari keuntungand data cellular yang mencapai 65%.
Telkomsel sendiri memiliki bisnis digital yang terbilang lengkap meliputi broadband dan layanan digital yang meliputi Digital Lifestyle (konten musik, video, games, dan lain-lain), Digital Advertising, Digital Payment (mobile banking, T-Cash, T-Wallet), dan Internet of Things (T-Drive, T-Bike, dan lain-lain). Meski begitu, keuntungan yang didapat dari bisnis digital telkomsel juga belum maksimal.
Apakah langkah Indosat untuk menyerah dalam bisnis digital adalah langkah yang tepat? Atau operator lainnya yang masih bertahan yang akan menikmati hasil perjuangan mereka dalam bisnis digital ini? Waktu yang akan menjawabnya!
0 Response to "Telkomsel & XL : Hey Indosat, Bisnis Digital Memang Butuh Kesabaran!"
Post a Comment